Sosok Ibu Khadijah radhiyallahu anha ibarat ‘game changer’ dalam dinamika gender yang dikenal masyarakat jaman itu dan juga bahkan masyarakat jaman sekarang. Apabila kita coba melihat lebih seksama betapa beliau radhiyallahu anha:
- Menikah dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dengan sebelumnya telah menikah 2x dan menjadi janda 2x, beliau menikah dengan shalallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa anak. Mari coba jujur, bahkan untuk laki-laki jaman ini yang (pastinya) beda kualifikasi dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, sangat sangat jarang yang jauh-jauh sampai menikahi, membayangkan saja tidak bukan? Beliau radhiyallahu anha, game changer.
- Beliau ra. mengajukan proposal pernikahan duluan dengan cara yang elok dan santun. Bahkan untuk kita perempuan di jaman ini, sangat-sangat jarang bukan, game changer.
- Beliau radhiyallahu anha, seorang pebisnis, dan bisnisnya adalah bisnis impian yang ingin dicapai seorang pebisnis, yakni menjadi venture capital. Dalam hirarki seorang yang meniti bisnis, ini adalah hirarki puncak, menjadi pemodal. Beliau tidak berbisnis ketika jaman emansipasi, ketika pesawat terbang dan internet ada. Beliau berbisnis pada saat perempuan dianggap ‘tidak berharga’. Game changer.
- Beliau radhiyallahu anha adalah anak pertama dari kepala suku, Khuwailid bin Asad. Memiliki anak pertama perempuan apalagi jika dia adalah kepala suku, pada masa itu bisikan tetangga adalah kubur hidup-hidup. Tapi itu tidak terjadi, ayahnya mempertahankan dan bahkan radhiyallahu anha secara khusus sejak kecil dididik oleh mentornya seorang alim, sepupu dekat, Waraqah. Beliau radhiyallahu anha sejak kecil, remaja, hingga dewasa berada di lingkungan ilmu, sehingga beliau mengetahui berita-berita kenabian. Perempuan, terdidik, pada masa itu, game changer.
- Setelah menikah, yang beliau lakukan adalah mengumpulkan, mendekatkan, memuliakan orang-orang yang dekat dalam kehidupan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dilimpahinya Halimatus Sa’diyah dengan hadiah-hadiah. Diajak tinggal Ali ibn Abi Thalib masuk ke rumah tangga beliau. Diajak tinggal Barakah/Ummu Ayman pengasuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, masuk ke rumah tangga beliau, bersama suaminya Zaid ibn Haritsah, bersama putranya Usama Ibn Zaid. Rumah kediaman beliau adalah contoh riil ‘blended family’, ada suami, ada anak kandung, ada anak tiri, ada sepupu, ada anak angkat, ada khadimat, ada anak khadimat. Dan rumah tangga ini adalah rumah tangga paling bahagia dan damai di Mekah. Game changer.
Sekarang coba kita menelisik realitas jaman ini, betapa inginnya suami atau istri jadi milik diri sendiri tiada bersisa waktu untuk mengurusi community service, betapa kikirnya melapangkan belanja untuk keluarga suami/istri, betapa malasnya menerima tamu, betapa tidak sukanya ada pembantu, betapa repotnya open house lebaran. Mungkin karena realitas jaman ini apa-apa serba self-centrist.
DK, 5 Mei 2023