Saya mencoba memahami konsep cinta segitiga: pengetahuan-kecerdasan-kesadaran. Pengetahuan di proses secara personal di otak masing-masing dari supply data-informasi dan kerangka pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan bisa diakuisisi secara formal (sekolah) maupun informal (kursus, baca buku, internet, belajar langsung dari pakarnya). Sehingga tidak khawatir, pengetahuan bisa terus ditambah, meskipun kualitas pengetahuan masing-masing orang ekivalen dengan kualitas pemrosesan di otak masing-masing.
Kecerdasan adalah kemampuan/kecepatan membangkitkan/memanggil/mencari pengetahuan yang sudah dia punyai, kecerdasan biasanya terkait dengan genetika/IQ. Mungkin kecerdasan semacam inilah yang dimaksudkan dengan intelejensia. Tapi kecerdasan ini bisa ditingkatkan dengan latihan. Dan kekurangan kemampuan dalam memanggil pengetahuan bisa disiasati dengan melatih diri dg keterampilan-keterampilan mengorganisasikan pengetahuan, misalnya: melatih clear thingking (logika), melatih mengevaluasi/memilah banjir informasi dg teknik-teknik tertentu misalnya SMELL Test, mendokumentasikan/menulis di blog, rajin membuat jurnal, rajin mengisi laporan, membuat log activity, menguasai mind mapping untuk visualisasi ide, menggunakan gadget untuk organisasi file dst. Apalagi seseorang yg mendalami sebuah keahlian selama puluhan tahun, maka pengetahuannya dibidang tersebut akan makin tajam & dalam.
Kesadaan adalah kemampuan untuk bertindak/aksi berdasarkan pengetahuannya. Kesadaran adalah kualitas emosional dan spiritual seseorang. Mungkin ada hal yang kita tahu tidak baik/etis/dosa bahkan yang membahayaka diri sendiri, tapi tetap saja dilakukan. Mungkin pula ada hal yang sangat baik, sangat dibutuhkan, pada saat itu amat bermanfaat, tapi tak juga kita lakukan, mungkin memang kesadarannya yang masih rendah, bukan pengetahuan atau kecerdasannya. Sebagai ilustrasi: karyawan A dan B sama-sama keluaran universitas bergensi dg IPK diatas 3,5, tapi salah satu diantara keduanya mempunyai performansi kerja yg baik dari segi inisiatif, kreatifitas, relasi interpersonal yang bagus, emosi yg mapan menghadapi tekanan. Karyawan satunya performansi kerjanya jeblok. Bisa jadi kualitas pengetahuan dan kecerdasan setara, tapi kualitas kesadaran, emotional & spiritualnya jauh berbeda, sehingga kemampuan bertindak dan berperilakunya jadi lain.
Tingkat lebih tinggi dari pengetahuan adalah kebijaksanaan/kearifan/wisdom. Wisdom adalah pengetahuan dengan pemahaman yang tajam & dalam. Wisdom adalah buah pemahaman secara terus menerus dan buah dari kualitas emosional & spiritualnya. Seorang arif dapat mengimplementasikan pengetahuannya untuk kondisi yang sama sekali berbeda, untuk situasi yang sama sekali baru. Bukan sekedar copy & paste pengetahuan.
Saya jadi tadabbur: bagi muslim alangkah bermaknanya doa sebelum belajar itu.. Rabbi zidni ilma warzuqni fahma: Ya Rabb, tambahkanlah ilmuku dan karuniakanlah kefahaman. Diminta dua-duanya: ilmu (knowledge) dan kefahaman (wisdom). Sebab berilmu saja bisa jadi membuat kita seret, lembam, enggan beramal baik. Susunan redaksi doanya juga dipisah ilmu kemudian kefahaman, menunjukkan kefahaman mempunyai nilai yg lain dibanding knowledge. Oleh sebab kefahaman (wisdom) memiliki korelasi yg kuat dengan kualitas emosional & spiritual, maka mungkin salah satu wujud keberkahan ilmu (knowledge) itu adalah tercapainya kefahaman (wisdom). Berkah dari segi mencarinya, berkah dalam mengamalkannya. Termasuk upaya mendapat keberkahan ilmu adalah akhlak yang baik kepada guru, menghormati, tidak nge-test guru. Termasuk rendah hatinya orang berilmu adalah upaya memperoleh keberkahan ilmu (wisdom), dan kesombongan bisa memblokir mencapai wisdom. Maka tak heran orang sangat berilmu lagi sombong, ilmunya bisa dijadikan senjata membinasakan kehidupan manusia, membunuh karakter, memfitnah, adu domba, dsj.